ISEKABAR.ID, Sangatta – Saat ini, produksi kakao dari wilayah Karangan, Kaubun, hingga Busang mencapai sekitar 1.400 ton per tahun, menunjukkan potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Salah satu area yang menjadi prioritas adalah Desa Pengadan Baru di Kecamatan Kaubun.
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus memperkuat upaya pembangunan ekonomi daerah melalui pengembangan komoditas kakao sebagai peluang investasi berkelanjutan.
Langkah ini sekaligus menegaskan komitmen Pemkab Kutim dalam mendorong sektor perkebunan bernilai tambah dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.
Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, menyatakan bahwa kakao kini menjadi salah satu komoditas unggulan yang siap dipromosikan kepada investor, baik dari dalam maupun luar negeri.
Menurutnya, pengembangan kakao bukan hanya soal peningkatan produksi, tetapi juga kesempatan besar bagi tumbuhnya industri pengolahan di daerah.
“Kakao bukan sekadar komoditas. Itu adalah peluang investasi berkelanjutan. Fokus kami adalah mendorong industri pengolahan yang berbasis padat karya, bukan padat modal,” ujar Ardiansyah.
Model industri padat karya ini diharapkan mampu menciptakan lebih banyak lapangan kerja serta menghadirkan manfaat ekonomi langsung bagi petani dan masyarakat sekitar sentra kakao.
Kepala Desa Pengadan Baru, Rahman, menyampaikan bahwa desanya memiliki lahan potensial seluas 560 hektare untuk pengembangan kakao.
“Dari total luas itu, sekitar 200 hektare sudah melalui proses pembersihan lahan, dan 170 hektare sudah ditanami bibit kakao,” jelas Rahman.
Namun, sejumlah tantangan masih dihadapi petani, mulai dari keterbatasan bibit untuk menanami lahan siap tanam, hingga minimnya peralatan pengolahan biji kakao hasil panen.
Kehadiran investor dinilai sangat dibutuhkan untuk memperkuat permodalan, menyediakan sarana pengolahan, dan membuka akses pasar yang lebih (Adv/Kominfo/Kutim)